KH Noer Ali

KH Noer Ali
hero, pioneer of future about Islam

Sabtu, 05 September 2009

  • Sekelumit tentang Almarhum Almaghfurlah K.H. Noer 'Ali Ditulis oleh Administrator Saturday, 07 July 2007 Noer 'Ali lahir pada tahun 1914 di Kampung Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H. Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti Tarbin.
    Karena kemauan keras, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar mencicil. Ketika di Mekkah, ia dihina oleh pelajar asing yang mencibir: "Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa diusir dengan gampang kalau ada kemauan!" Noer Ali pun merasa "marah" dan kemudian menghimpun para pelajar dari Indonesia untuk memikirkan nasib bangsa. Noer Ali pun diangkat teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937). Rapat-rapat yang diselenggarakannya membuat Pemerintah Arab Saudi curiga sehingga Noer Ali dan kawan-kawan sempat ditahan di sana.
    Pada tahun 1940 Noer Ali kembali ke Bekasi dan mendirikan pesantren di Ujungmalang. Ketika Indonesia merdeka, Noer Ali terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Pada tanggal 19 September 1945 ketika diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali mengerahkan massa. Dalam mempertahankan kemerdekaan Noer Ali menjadi Ketua Lasykar Rakyat Bekasi selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali sehingga selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali.
    Ketika Agresi Militer bulan Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Dia diperintahkan untuk bergerilya. K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. K.H. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut karena ternyata masih ada RI di wilayah kekuasaannya. Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekira 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat.
    Pasukan MPHS sekitar 600 orang malang melintang antara Karawang Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Disitulah K.H. Noer Ali digelari "Singa Karawang-Bekasi". Ada juga yang menyebutnya sebagai "Belut Putih" karena sulit ditangkap musuh. Jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi Komandan Divisi Siliwangi waktu itu.
    Saat terjadinya negara RIS kembali ke negara kesatuan, dia menjadi Ketua Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk bergabung ke dalam NKRI. Pada tahun 1956, K.H. Noer Ali diangkat menjadi anggota Dewan Konstituante. Pada tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. Selanjutnya pada tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus Konferensi Alim Ulama-Umaro se Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
    Pada tahun 1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Sejak tahun 1972 dia menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. K.H. Noer Ali adalah pendamai, tidak pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia bersikap baik. K.H. Noer Ali juga tidak rasialis. Pada jaman Jepang, ada beberapa Cina yang ia lindungi dari tindasan Jepang. Dalam kaitan dengan pendidikan ada Cina mualaf yang diangkatnya menjadi pimpinan sekolah.
    K.H. Noer Ali juga berkiprah di bidang pemerintahan. Pada tahun 1950 Noer Ali mengganti nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi. Ia juga menjadi Wakil Ketua Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) Kabupaten Bekasi dan menjadi Bupati Bekasi sementara ketika terjadi kekosongan jabatan bupati pasca Bupati Suhandan Umar yang mengalami konflik (1951). Pada Masa Orde Baru, K.H. Noer Ali tetap menjaga integritasnya. Misalnya pada tahun 1986 ia berjuang menghapus judi Porkas Sepak Bola, mengkritisi sikap mereka yang anti jilbab.
    Menjelang wafatnya pada tahun 1992, K.H. Noer Ali masih berkeliling mengajar para santri, berdakwah. Sempat juga ia menerima Bintang Nararya pada tahun 1995. Namun, penghargaan itu belum sepadan dengan jasa-jasanya. Layaklah ia diangkat sebagai pahlawan nasional.
    Gelar Pahlawan Nasional "K.H. Noer 'Ali" Dan Tanda Kehormatan Bagi PejuangPresiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan kepada sembilan orang pejuang yang dianggap telah berjasa kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, di Istana Negara, Kamis 9 November 2006. Acara penganugerahan gelar ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan tahun 2006 yang lalu.
    Berdasarkan Keputusan Presiden RI No : 085/TK/Tahun 2006 tanggal 3 Nopember 2006, Presiden SBY menetapkan untuk menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional disertai piagam dan tanda kehormatan kepada:
    Gelar Pahlawan disertai Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipurna:1.Alm. Pangeran Mangkubumi/Sultan Hamengku Buwono I, DI. Yogyakarta.2.Alm. K.H. Noer Ali, Jawa Barat.3.Alm. R.M. Tirto Adhi Soerjo, Jawa Barat.4.Alm. H. Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng, Sulawesi Selatan.5.Alm. Opu Daeng Risadju, Sulawesi Selatan.6.Alm. Andi Sultan Daeng Radja, Sulawesi Selatan.7.Alm. Izaak Huru Doko, Nusa Tenggara Timur.
    Gelar Pahlawan Nasional:8.Alm. DR. Mr. H. Teuku Moehammad Hassan, Nanggroe Aceh Darussalam.
    Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama:

SMK DAN TONTHOWI

  1. Sering lihat iklan tentang keunggulan SMK di tv? ya, iklan yang dibawakan oleh Tantowi Yahya yang mengunggulkan SMK dari pada SMA (interprestasi saya demikian ). Iklan yang menggambarkan bahwa siswa dari lulusan SMK berpotensi siap kerja dengan kemampuan yang diperolehnya dari bangku sekolah. Baik itu SMK teknik, SMK pertanian, dan lain sebagainya. Dengan ilmu dan kemampuan yang di perolehnya di harapkan lulusan dari SMK siap diterjunkan dalam dunia kerja sesuai dengan spesifikasi kemampuannya. Iklan tersebut juga disponsori oleh Dinas Pendidikan Nasional.
    Memang ada beberapa hal yang memungkinkan lulusan SMK bisa diharapkan lebih siap kerja daripada lulusan SMA. Misalkan saja siswa lulusan SMK jurusan otomotif, siswa tersebut langsung bisa bekerja pada pabrik perakitan sepeda motor sedangkan lulusan SMA tidak. Tapi benarkah sedemikian mudahnya lulusan SMK memperoleh pekerjaan?
    Kita tahu bahwa kalau sebuah SMK memerlukan fasilitas lebih banyak dibanding dengan sebuah SMA. Sebuah SMK yang memiliki jurusan otomotif dan elektro selain memerlukan ruang belajar juga memerlukan berbagai ruang lainnya, misalnya saja sebuah bengkel dan lain sebagainya. SMK tersebut juga harus mempunyai peralatan dan perlengkapan yang cukup untuk menunjang dalam kegiatan praktik siswa tersebut. Namun bagaimanakah jika semua fasilitas tersebut tidak dipenuhi atau dengan kata lain SMK yang minim fasilitas?
    Kalau SMK yang favorit dan berada di kota besar bukan tidak mungkin semua fasilitas kelengkapan penunjang sebuah SMK dipenuhi. Tapi dalam kenyataanya masih banyak SMK-SMK di pelosok yang masih minim fasilitas, gedung saja masih *nunut di sekolah lain. Kalau para siswa yang diluluskan dengan hasil dari minimnya fasilitas, kemungkinan tidak laik kerja. Berbeda jika SMK tersebut sebuah SMK favorit yang berfasilitas lengkap. Lulusan SMK favorit dan berfasilitas lengkap besar kemungkinan laik kerja. Namun yang menjadi persoalannya adalah biaya masuk ke SMK favorit tersebut dan biaya-biaya lainya selama rentang waktu belajar. Untuk bisa masuk di sekolah favorit dan berfasilitas lengkap biasanya memerlukan biaya yang lebih.
    Lulusan SMA pun bisa saja siap kerja. Apalagi bila di dukung dengan kemampuan lain. Jadi ada plus minus nya jika kita bisa mencermatinya. Tergantung dari pilihan kita, pilih SMK atau SMA. Semua ada konsekuensinya.

PILIH SMK

Akhir-akhir ini sering kita mendengar iklan layanan Pemerintah di radio dan televisi mengkampanyekan agar para pelajar lulusan SMP untuk masuk sekolah menengah kejuruan atau SMK. Berbagai keunggulan SMK ditonjolkan untuk menarik para pelajar SMP dan orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMK. Memang diakui dengan masuk SMK, para pelajar selain mendapat pelajaran umum seperti di sekolah menengah umum, juga mendapat ilmu keterampilan khusus sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Namun jika melihat di bidang prestasi akademik, pelajar-pelajar SMK masih tertinggal bila dibandingkan prestasi-prestasi akademik pelajar-pelajar SMU. Sehingga umumnya dalam pandangan masyarakat masih menganggap menyekolahkan anaknya di SMU lebih terjamin prestasi akademiknya daripada disekolahkan di SMK. Walaupun SMK mempunyai tambahan keterampilan khusus, banyak masyarakat berpandangan belum menganggap penting tambahan keterampilan plus tersebut. Namun nampaknya pandangan ini akan segera berubah karena SMK diprioritaskan Pemerintah untuk lebih dikembangkan dan diperbanyak jumlahnya dibandingkan dengan SMA. Sehingga diharapkan prestasi pelajar-pelajar SMK akan semakin baik dalam kompetensi akademik maupun kompetensi keterampilan kerja.
Pemerintah menargetkan tahun 2015, perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia mencapai 70 persen banding 30 persen. Kebijakan tersebut dilatarbelakangi kenyataan komposisi tenaga kerja Indonesia mayoritas unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Lulusan SMA memang diproyeksikan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun ditengarai lulusan SMA selama ini banyak yang mencari pekerjaan, karena hanya 30% saja yang mampu melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sementara yang 70% harus bekerja meskipun tanpa bekal keterampilan yang memadai. Menurut data Badan Statistik Nasional (BPS) tahun 2006, ada 81,1 juta tenaga kerja Indonesia diisi kelompok unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Kelompok unskill workers ini mayoritas adalah lulusan SMA. Sedangkan kelompok di atasnya diisi skill workers (pekerja dengan skill atau kompetensi dibidangnya) sebesar 20,4 juta orang. Serta komposisi teratas merupakan pekerja expert (ahli) dengan 4,8 juta orang. Kebijakan Pemerintah memperbanyak jumlah SMK dibanding jumlah SMA ini, selain untuk mengatasi pengangguran, juga dalam jangka panjang untuk mempersiapkan daya saing di era perdagangan bebas/globalisasi yang akan segera diberlakukan. Dalam era perdagangan bebas, selain kualitas tenaga kerja yang akan bersaing ketat, institusi pendidikannya pun akan bersaing ketat pula dengan institusi pendidikan luar negeri. Oleh karena itu, institusi pendidikan di Indonesia harus dipersiapkan pula untuk dapat berkompetisi dengan institusi pendidikan luar negeri agar pasar pendidikan tidak didominasi oleh asing dan dapat menghasilkan output tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing internasional. Pemerintah pun memprioritaskan pengembangan SMK secara bertahap hingga mutu dan kualitasnya berstandar internasional.
Tingkat persaingan yang semakin ketat saat diberlakukannya perdagangan bebas, mengharuskan para pelajar SMK memiliki nilai plus yang lebih plus (plus+plus) dari kondisi pelajar SMK sekarang. Nilai plus tersebut antara lain keterampilan kerja khusus yang ditekuni lebih mendalam lagi dengan tidak mengenyampingkan peningkatan prestasi akademik. Selain itu, kemampuan pelajar SMK juga ditunjang dengan pelatihan pematangan mental yang prima. Sehingga dalam menghadapi dunia kerja, para pelajar sudah pintar, ahli, matang, dan siap bekerja keras. Tantangan dunia kerja yang semakin sulit mengharuskan para pelajar SMK memiliki strategi khusus untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang prestasi akademik maupun prestasi penguasaan keterampilan kerja khusus kejuruan. Setiap individu yang menginginkan kesuksesan, hendaknya memiliki ciri khas tersendiri pada kemampuan kerjanya. Hal itu bisa diperoleh jika individu tersebut kreatif, inovatif, dan pantang menyerah dalam belajar sesuatu yang baru serta berani menerima tantangan kemampuan belajar dan bekerja.
Penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan untuk dapat bersaing di pasar Internasional. Bagi para pelajar SMK, penguasaan bahasa asing wajib dimiliki dalam menunjang performa (kualitas) kerja dan kuantitas hasil pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, sejak dini para pelajar SMK mempersiapkan kemampuan bahasa asing mereka untuk dapat bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang akan masuk ke Indonesia. Bahasa asing yang mutlak dikuasai pun tidak hanya bahasa Inggris namun juga bahasa-bahasa asing lain yang memiliki prospek industri yang sangat baik seperti bahasa Jepang, Jerman, Italia, China(Mandarin), Korea, dan lain sebagainya.
Kini saatnya, para pelajar SMK harus bangkit untuk maju. Tidak hanya demi masa depan mereka sendiri namun juga demi harga diri bangsa dan Negara Indonesia. Para pelajar SMK di Indonesia harus plus + plus, artinya selain memiliki prestasi akademik yang bagus, juga memiliki keterampilan yang berkualitas baik, serta memiliki ciri khas kemampuan kerja yang profesional dengan mental matang ditunjang wawasan luas, plus penguasaan bahasa asing yang unggul. Dengan demikian, lulusan SMK yang plus+plus akan lebih siap bersaing di pasar bebas internasional yang akan segera dijelang pemberlakuannya.
Bukan hal yang mudah memang untuk menjadi tenaga kerja unggulan di pasar kerja internasional. Namun hal tersebut bukanlah hal yang mustahil bagi para pelajar SMK. Apalagi jika nantinya lulusan SMK yang sudah plus+plus dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, bahkan jika dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri, lulusan SMK ini plusnya jadi bertambah menjadi 4 plus atau bahkan 5 plus. Artinya, harga jasa keahlian yang diberikannya pun akan semakin tinggi pula di pasar kerja internasional. Jadi, bagi para pelajar SMK, segera persiapkan diri untuk menjadi pemenang era globalisasi saat ini dan di masa yang akan datang.Ok!