KH Noer Ali

KH Noer Ali
hero, pioneer of future about Islam

Minggu, 23 Agustus 2009

Pemekaran Bekasi Utara

Menimbang Kelahiran ‘orok’ Kabupaten Bekasi UtaraOleh: lukmanul hakim STh IWacana pemekaran Kabupaten Bekasi Utara dari induknya Kabupaten Bekasi mulai merayap di kalangan warga Bekasi. Rencananya wilayah kabupaten Bekasi kembali melahirkan ‘orok’ kabupaten Bekasi Utara yang terdiri dari empat atau lima Kecamatan yang membentang di pantai utara. Sebut saja, Kecamatan Babelan, Tarumajaya, Tambun Utara, Sukawangi dan Muara Gembong. Untuk membedakan wilayah, di wilayah utara mencakup lima kecamatan tersebut dan selatan mencakup kecamatan Cikarang dan sekitarnya.Masih menurut kabar yang beredar, tujuan pemekaran kabupaten baru ini untuk pemerataan pembangunan di kawasan itu yang kini jauh tertinggal dari kecamatan lain di Bekasi yang berjumlah 23 kecamatan.Isu pemekaran ini, lahir sejak tiga atau empat tahun belakangan ini lantaran pembangunan di kawasan utara terasa ‘jomplang’ dalam pengucuran pembanguan di Pemda Bekasi. Sejak itu, warga Bekasi yang sadar akan ini mulai berani mewacanakan meski masih terbilang sporadis dan sembunyi-sembunyi dengan tujuan untuk mendongkrak ekonomi warga setempat.Kelahiran wacana ini sepertinya banyak mendapat dukungan warga di kawasan utara Bekasi. Banyak hal yang mendorong warga untuk mendukung ide tersebut. Mulai latar belakang budaya, ekonomi. profesi, politik hingga kultur dalam praktek keagamaan di kedua wilayah itu sangat kontras. Tak berlebihan, kehadiran wacana di ‘siang bolong’ ini banyak mendapat sambutan warga lantaran adanya perbedaan tersebut.Di luar sisi usaha memakmurkan bagi warga di kawasan utara Bekasi lewat pemekaran, namun banyak ‘ketakutan’ di sana-sini bila hal itu terwujud yang direncanakan ‘digelar’ pada 2010. Sebut saja soal, rendahnya jumlah pegawai negeri sipil yang berasal dari kawasan tersebut, tingkat ekonomi, pendidikan, celah fiskal dan masalah lainnya yang justru akan menjebloskan lagi kawasan itu pada kemiskinan dan kesusahan hidup lainnya seperti semula.Masalah ini bukan berarti di kawasan yang saat ini direncanakan menjadi kabupaten baru tergolong miskin? Justru tidak, kawasan ini terbilang kaya raya dengan cadangan minyak dan gas yang berada di kecamatan Babelan. Selain itu kekayaan alam berupa potensi wisata di pantai muara Gembong dan Tanjung Air, Pantai Hurif, Babelan sangat potensial untuk dikembangkan. Potemsi itu belum bisa digarap maksimal oleh putera daerah. Bisa-bisa kekayaan itu kembali digarap oleh pihak luar yang justru akan mengembalikan masalah serupa seperti yang saat ini terjadi kabupaten Bekasi.Kalau mau buka-bukaan, bula dilihat dari sudut sejarah Bekasi, dahulu masuk wilayah Jakarta ketika negara ini diawal kemerdekaan. Lalu wilayah Bekasi melakukan pemindahan dan bergabung dengan Jawa Barat lantaran muncul isu ‘negara boneka’ buatan Belanda. Bergabungnya Bekasi ke Jabar hanya untuk menyeret Jabar ke dalam Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia. Berikutnya, sekitar tahun 1990-an kabupaten Bekasi melahirkan ‘orok’ bernama Kotamadya Bekasi. Setelah itu, kantor Pemda Kabupaten Bekasi yang lama di pakai oleh Kantor Walikota Bekasi. Sedangkan Pemda Kabupaten Bekasi ‘hijrah’ ke Cikarang yang letaknya amat jauh bagi warga di kawasan utara Bekasi.Jujur saja, bukan bermaksud rasial, kelahiran Bekasi pada awalnya didominasi oleh warga Bekasi asli, namun belakangan hingga saat ini dominasi dari warga non Bekasi sangat kuat. Sehingga penyerapan atas pembangunan di Bekasi terhambat dan cenderung memperioritaskan kawasan selatan.Gagasan besar dari isu pemekaran adalah diperuntukkan untuk membuka peluang bagi warga Bekasi untuk memimpin daerahnya sendiri. Pada sisi lain, agar pemerataan kesejahteraan dapat merata seperti yang dicita-citakan pendiri kabupaten Bekasi awal seperti KH Noer Ali, sang pahlawan nasional.

EMOSI DAN SUKSES

sumber dari Harian TerbitNEW YORK - Banyak orang bersifat temperamen atau suka marah-marah. Tapi jangan menyesal memiliki sifat tersebut yang bisa memicu kekesalan orang lain. Masalahnya, menurut para ahli di New York, AS, orang bersifat seperti itu justru dapat membantu mereka mencapai keberhasilan. Bahkan sukses dicapai jika emosi mereka berhasil memicu rasa kesal atau kemarahan orang lain.Banyak individual meng-alami rasa marah yang tinggi atau tingkat kemarahan yang melonjak. Sebagai contoh, ketika mereka berharap dapat menyelesaikan sebuah tugas rumit yang memicu rasa kesal dan marah-marah sehingga dapat merusak penampilan. Riset ini dipublikasikan pada isu Psychological Science edisi April 2008.Para ahli kejiwaan dari Boston College and Stanford University melibatkan sejumlah responden dan meminta mereka untuk memainkan sebuah game komputer yang konfrontial. Permainan berupa game penembak orang-pertama dimana membunuh musuh adalah tujuan utama.Responden juga diminta memainkan game non-konfrontial (game dimana para pemain memandu seorang pelayan yang sedang melaya-ni sejumlah pelanggan). Res-ponden kemudian akan terlibat berbagai aktivitas berbeda sebelum bermain game.Dari hasil survei, rata-rata responden lebih suka kegiatan yang membuat mereka marah seperti mendengarkan musik-musik yang memicu emosi, mengingat kenangan lama yang membuat mereka marah. Hasil ini diperoleh ketika responden berkeinginan melakukan tugas yang konfrontial.Sebaliknya, responden akan lebih suka melakukan aktivitas menyenangkan ketika mereka berkeinginan melakukan tugas non-konfrontial. Responden yang memicu kemarahannya, ter-nyata melakukan tugas lebih baik ketimbang lainnya dalam game konfrontial tentang pembunuhan tentara-tentara musuh.Kendati begitu, mereka tidak melakukan tugas lebih baik ketimbang lainnya dalam game-non-konfrontial tentang melayani pelanggan. "Temuan-temuan semacam ini memperlihatkan apa yang masyarakat lebih sukai untuk dirasakannya pada momen apapun kemungkian tergantung sebagian pada apa yang mereka mungkin dapatkan di luar ini," kata para periset.Dewan Pencegahan Kriminal Nasional memillki penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana mengendalikan kemarahan diri.

PARPOL PENIPU

Gambaran para tokoh partai politik saat ini jauh beda dengan ketangguhan para elit Parpol di era kemerdekaan negara ini. Umumnya para politisi negara ini selain negarawan juga memiliki ketegasan konsep dalam perjuangan. Wadah partai bagi mereka hanya sebagai alat untuk melanggengkan gagasannya untuk dipakai dalam membangun negara ini. Karenanya, kepiguran toloh politik dalam partai terasa dalam warna dan gerak partai tersebut di masyarakat.
Sebut saja Partai Nasinasionalis Indonesia Pimpinan Soekarno, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia Pimpinan Muhammad Natsir, Partai Komunis Indonesia Pimpinan DN Aidit, Partai Sosialis Indonesia Pimpinan Sutan Sahrir, Partai Nahdlatul Ulama Pimpinan KH Idham Cholid dan lainnya mereka para pendiri negara ini yang kaya dengan gagasan besar. Lewat parpol, ide mereka tersalur secara rapih. Di kalangan bawah, konstituen mengerti benar apa tujuan dari partainya dan apa yang hendak diinginkan dari partai yang dipilihnya.
Terlepas dari kontroversi para tokoh partai tersebut banyak pesan yang dapat diambil bagi erlit politik saat ini. Terumata dalam memimpin partai di negara yang kaya dengan aneka ragam suku, agama, bangsa dan pulau yang diikat dalam nusantara. Dalam catatan sejarah, mereka terlihat ngotot dengan idenya dan berusaha menjejali konstituen dengan paham, orientasi, ideiologi, garis perjuangan hingga agenda-agenda rahasia dalam partainya. Hal itu, dimaksudkan agar pemilih mereka tersadar akan nilai yang disampaikan partai yang mereka pilih.
Masih soal potret Parpol saat itu, umumnya masih terimbas dengan peta politik di belahan dunia. Peta politik dunia di era tahun 50-an masih terikat antara blok Timur dan Barat. Timur yang sosialis dan Barat yang kapitalis. Di luar itu, ada juga yang melakukan kombinasi atas dua arus besar tersebut. Getaran dua blok tersebut terasa dalam sepak terjang Parpol di negara ini. Masing-masing partai berlomba mencari perhatian dengan program partainya. Alih-alih sampai melakukan perebutan kekuasaan di lembaga negara.
Sekedar diketahui, kegigihan partai politik di dunia saat ini, hingga melakukan aksi nekat berupa revolusi sosial. Elemen partai sengaja dimanfaatkan untuk mengornasir massa untuk meruntuhkan sebuah rezim dan membangun rezim baru lewat instrumen partai. Hal ini terjadi dan tercatat dalam sejarah. Kerja besar itu, tentu dilakukan secara matang, terorganisir dan solid. Sebaliknya, sebuah kerja besar tak bakalan terjadi bila dilakukan sacara asal-asalan.
Kembali ke potret elit partai di era 50-an, gagasan besar dalam tubuh partai berpengaruh dalam kerja anggota dewan di parlemen. Dalam catatan, banyak anggota fraksi terlibat diskusi mendalam bahkan memakan waktu berhari-hari padahal yang dibahas terkesan masalah ringan dan sepele. Namun sejatinya dalam, perdebatan itu terdapat kepentingan saling tarik menarik antara ideologi yang satu dengan yang lain. Sementara, masyarakat yang menyaksikan tak merasa dirugikan lantaran para wakilnya memang memperjuangkan apa yang mereka telah keatahu dalam tujuan partainya masing-masing.
Beda dengan yang terjadi saat ini. Terlepas kekuatan dua blok dunia makin pudar, namun di per parah dengan ketidakjelasan orientasi di tubuh partai politik. Parpol kini tak lagi mengedepankan ideologi yang dibawanya. Sumber rujukan yang dipakai pun tak memiliki akar yang jelas. Terkadang, dalam melakukan tinjauan masalah sering kali mengambang dan tak didasarkan pada garis partai. Pertimbangan yang dikedepankan justru didasarkan pada kepentingan sesaat, lobby-lobby yang mengarah pada politik uang.
Pergeseran perilaku dalam Parpol justru meluas dan melanda di kalangan masyarakat. Bila sebelumnya, konstituen disuguhi dan dicerdaskan dengan kesadaran akan diri sendiri, bangsa dan negara hingga peta politik dunia kini justru berbalik pada aksi pembodohan rakyat secara massal. Elit politik justru berlomba menghamburkan uang dan janji untuk meraih kedudukan. Setelah itu lupa kepada yang memilihnya. Untuk menyiasati hal itu, jauh-jauh hari persiapan modal uang dalam jumlah besar dilakukan. Meski dicapai dalam usaha yang tak sah secara hukum.
Masalah lain yang sangat kentara soal rekrutmen kader partai. Siapa saja dapat masuk menjadi anggota partai tententu dan dapat melesat ke posisi strategis. Sementara efek dari masalah itu justru sangat membahayakan. Sebut saja, gejala saat ini pengurus parpol berlomba merekrut para artis untuk menjadi orang nomor atas dalam partai. Sejatinya, partai yang semula dipersiapkan sebagai wahana dalam menyiapkan politisi yang handal justru tak melalui proses yang semestinya. Siapa saja dapat masuk meski hanya jual tampang yang berkantong tebal.
Gurita kerancuan dalam organ partai sangat dirasakan saat ini. Masalah ini tentunya sangat dirasakan oleh rakyat dan negara ini tentunya. Masalah yang muncul dan diselesaikan dengan pertimbangan oleh para ahli dibidangnya namun sebaliknya masalah tersebut diselesaikan tanpa menyentuh akar masalah. Ujung-ujungnya, antara satu problem dengan yang lainnya justru saling berbeda dan saling bertabrakan. Masalah ini sering terjadi akibat ketidakjelasan orientasi yang ada di kepada para elit partai.
Ujug-ujug, arus ketidakpercayaan masyarakat pada Parpol terlihat dari kelahiran calon pemimpin dari tokoh independen. Sosok non partai ini kembali muncul bisa jadi akibat rendahnya kinerja parpol saat ini yang membuat masyarakat lebih percaya pada kinerja tokoh tertentu untuk memimpin mereka. Kefiguran tokoh tersebut, lantaran masih memegang nilai yang terdapat dalam kinerja Parpol di era tahun 50-an. Parpol yang menyadarkan kodrat kemanusiaan pada dirinya bukan menipu lewat politik uang.

Jumat, 07 Agustus 2009

Tujuan Pendidikan dan PengajaranOleh: Al-Mukarrom KH Noer Ali

  • Tujuan Pendidikan dan PengajaranOleh: Al-Mukarrom KH Noer AliTahun 1979-1980/ 1400-1401 H
    Makalah ini ditulis sesuai dengan teks aslinyaOleh: HA Nawawi MN MAgA. Tujuan PendidikanDalam kita membahas masalah dan tujuan pendidikan maka kita tidak bisa meninggalkan bahkan terlebih dahulu kita menyelidiki dengan teliti, apa pungsi manusia dan apa tugas hidup serta apa tujuan hidupnya.
    I. Fungsi manusia adalah Abdullah dan Khalifah, Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim surat Al- Dzariyat ayat (52) dan al-Baqarah ayat (30).
  • II. Tugas hidup manusia adalah mengabdikan diri padanya dan berusaha melaksanakan hududullah dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan.
  • III. Tujuan hidup manusia yang hakiki adalah mendapatkan mardhotillah yang abadi dalam semua hal, sepanjang masa dan zaman.Sesudah kita mengetahui fungsi manusia, tugas dan tujuan hidupnya yang hakiki, maka untuk ini semua sangat diperlukan ilmu pengetahuan dari mulai aqidah, cara pelaksanaannya dan akhlaknya sebagai berikut:
  • 1. Membina dan memantapkan aqidah manusia dan imannya yang tersimpul dalam rukun iman yang enam perkara dan dijadikan dalam enam puluh aqoidul iman (41Ilahiyyat, 9 Nabawiyyat, 10 Sami’yat).2. Mendidik manusia dalam semua lapangan kehidupan dan penghidupan sesuai dengan kemampunan dan pembawaannya agar menjadi seorang manusia yang benar-benar bertauhid lahir dan bathin.3. Meningkatkan aqidah manusia dan keyakinannya dengan jalan bertakarrub kepada Allah SWT, mulai dari pekerjaan yang bersifat ubudiyyah dan akhirnya sampai kepada mu’amalat, munakahat, jinayat, sosial dan sebagainya.4. Memelihara ikatan dan tali persaudaraan sesama insan, sesama hayawanat, jamadat dan makhluqot seluruhnya dalam batas-batas kemampuan dan batas-batas hududullah.5. Seorang guru selaku pembina, pendidik dan pemelihara hal-hal tersebut di atas haruslah lebih dahulu membina, mendidik dan memelihara diri pribadinya, dan sahabat-sahabat karibnya.6. Membentuk manusia muslim dan mu’min yang utuh dan sempurna, karena hanya muslim dan mu’min yang utuh inilah akan dapat memasuki dan menjelajah Islam secara utuh dan menyeluruh.7. Membentuk dan membangunan manusia yang bertanggung jawab terhadap diri pribadinya, keluarganya, ikhwan di kampungnya, daerahnya, negara, bangsanya, ikhwan agamanya dan Tuhannya.8. Membentuk manusia yang berakhlaq tinggi dan mengetahui harga diri-diri pribadinya, kelakuannya, bangsanya, ikhwannya, agamanya dan Tuhannya.9. Menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rosulnya melebihi dirinya, keluarganya, hartanya dan lainnya.10.Membangun rasa cinta ikhwan di kalangan pelajar melebihi dari cinta pada diri pribadinya.11.Mencetak cetak kader-kader muslim dan muslimat yang merasa berbahagia dan berbangsa apabila ia menderita dalam menghadapi rupa-rupa ujian dan melihat syukur yang maha indah menghadapi musuh-musuh yang kejam dan zholim.12. Melatih dan mendidik putera puteri kita berpikir, berbicara, berdialog, berubudiyyah, bersosial, berjihad, bertahjjud, bertawadu’ dan selalu hidup dalam rumah sendiri atas kenyakinan sendiri.13. Melatih dan membiasakan melaksanakan syari’at Islam dari yang wajib, sunnah dan mubah serta membiasakan menjauhkan sesama munkarot.14. Melatih dan membiasakan mengatur diri sendiri, makan dan minun sendiri mas’alah sendiri, mencuci pakmaian sendiri, membersihkan kamar sendiri, dan berusaha hidup sendiri.15. Melatih dan membiasakan anak-anak didik kita supaya senantiasa menjaga batas aurat yang wajib ditutup baik puteri maupun putera.16. Membiasakan diri melaksanakan akhlaq Allah dan akhlaq amstaalikum dalam semua hal dan keadaan.17. Membiasakan pelajar kita memelihara ketertiban, kebersihan dan perjanjian dan jagalah jangan sampai ada yang melakukan sebaliknya.18. Tingkatkan daya pikir pelajar kita dengan dibiasakan berpikir, bermuzdakarah dan berjihad yang baik.19. Berilah pelajaran dan penjelasan kepada pelajar-pelajar kita yang sesuai dengan kemapuannnya dan daya tanggapnya.20. Jangan membuat putus asa para pelajar dengan memberikan pelajaran yang berhubungan bukan ukurannya atau terlalu banyak disampaikan padanya, qola-qila (komentar-komentar)21. Dengan kurnia Ilahi umat Indonesia adalah umat yang paling berbahagia, hidup di atas muka bumi yang tanahnya subur, laut dan bukitnya penuh dengan kekayaan dan udaranya segar, hanya sayang kekayan alam yang berlimpah itu belum sepenuhnya dapat dimiliki oleh umatnya bahkan sebagian besar masih menjadi milik asing.22. Kekayaan alam Indonesia yang meliputi seluruh kepentingan hidup umatnya, alangkah hebatnya apabila dimanfaatkan untuk ibadah atau pelengkap ibadah.23. Berhubung dengan hal hal tersebut di atas maka menjadi kewajiban atas seluruh umat Indonesia mempelajari rupa-rupa ilmu pengetahuan, sejumlah rupa-rupa kekayaan alam Indonesia sehingga semua hikmah yang ada di alam Indonesia akan dapat diambil seluruhnya untuk digunakan sebagai ibadah atau alat pelengkap ibadah.24. Maka menjadi kewajiban seorang guru memnberikan pengarahan pada semua pelajar-pelajarnya sesuai dengan pembawaan dan bakat yang ada padanya dengan memberikan pelajaran dasar bagi madrasah dan pesantren kita, baik yang menyangkut masalah teknik penghasilannya maupun yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatannya. 25. Indonesia bukan saja alam yang subur tetapi juga umatnya demikian suburnya, sehingga bertambahnya penduduk demikian pesatnya. Sehingga pada tahun 1940 umat Indonesia berjumlah sekitar 70 juta. Pada tahun 1978 mencapai sekitar 130 juta tetapi saat sekarang ini, tahun 2001 mencapai 220 juta orang.26. Jumlah besarnya penduduk ini jika tidak sungguh-sungguh mempelajari cara memelihara, memimpin dan memanfaatkan maka tidak mustahill nasibnya mengalami seperti alamnya. Artinya dimanfaatkan oleh orang lain dalam semua kekayaan jasmaninya dan rohaninya dan inilah lebih besar bahanya dari pada hanya dikuasai orang lain kekayaan alamnya.27. Pada saat ini tak bisa kita bantahkan bahwa bangsa kita tidak sedikit yang diperas tenaganya dan dibeli dengan hartanya yang sangat rendah oleh orang-orang asing bahkan lebih dari itu tidak sedikit pula bangsa kita yang kehormatannya, pikirannya, ilmu pengetahuannya serta kenyakinan agamanya telah mereka jual dengan harga yang rendah sekali.B. Tujuan Pengajaran :Tujuan Pengajaran dalam mencetak manusia pinter, sedangkan tujuan pendidilan adalah mencetak manusia yang benar. Namun kepintaran yang tidak disertai kebenaran adalah sangat membahayakan masyarakat. Manusia model ini paling ditakutkan. Nabi Muhammad SAW bersabda:Sedangkan kebenaran juga tidak mungkin terjadi sondor (tanpa, red) kepintaran karena sesuatu yang secara ‘kelempengan benar’ itu tidak sah bahkan mardudah dan ia tuqbalu (ditolak).Maka untuk berhasil mencetak manusia pinter dan benar, pinter para pendidik sangat banyak faktornya yang harus diusahakan oleh para guru dan para pendidik dan di antara faktor yang terpokok adalah:1. Faktor Ubudiyyah.Benar artinya muwafaqotul aqidatil insan ala lisanihi wa af’alihi wa muthobaqotu lisanihi ala’ amalihi, sedangkan kizib adalah kebalikannya. Hati manusia sebagai tenaga penggerak anggota, sepenuhnya berada fi yadillah dan apakah hati manusia itu akan mati dan hidup, buta atau melek maka itu tergantung pada ibadah manusia itu sendiri. Sebab dengan ibadah inilah satu-satunya jalan dan satu-satunya cara mengundang datangnya taufiq dan hidayah di mana keduanya merupakan roh dan hati seseorang manusia.Seorang dokter, profesor tidak akan mampu mengobati penyakit mati dan penyakit akmah karena tidak ada rohnya dan tidak ada nurya. Demikian pula seorang guru tidak mampu menghidupkan tubuh dan hati bila tidak bernyawa sama sekali.2. Faktor Guru SendiriKepribadian seorang guru adalah merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan mencetak manusia benar dan pinter. Maka oleh karennya benarlah apa kata seorang ahli pendidik; guru itu adalah cerminnya murid dan sebaliknya murid itu adalah cermin guru. Maka dengan ini seorang guru bahkan juga keluarganya harus segala apa yang ada padanya, baik ibadahnya, kelakuannya, kehidupannya, gerak geriknya dan pendeknya seluruhnya harus bersifat dan mengandung arti mendidik pada tholabahnya.3. Faktor Keluarga PelajarSeorang pelajar pada umunya ia lebih banyak hidup di tengah-tengah keluarganya, lebih-lebih bagi pelajar di sekolah dan madrasah. Sedangkan pelajar di pesantren yang para pelajarnya banyak dipisah-pisahkan dari keluarganya masih selalu apa yang dirintis oleh pesantren kadang-kadang menjadi habaa’an mantsuro (debu yang berhamburan, red) sebagai akibat pergaulan keluarganya yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan apa yang dirintis oleh pondok pesantren. Oleh karena ini seharusnya keluarga anak ini harus benar-benar turut beruaha memelihara tanaman guru-guru pada anaknya.4. Faktor Lingkungan dan PergaulanFaktor ini sangat banyak pula mencampuri pembentukan anak didik kita, bahkan situasi dan kondisi lingkungan yang paling menentukan akhlak dan karakter anak-anak. Maka oleh karena itu setiap guru di samping tugasnya mendidik anak didiknya, harus pula berikhtiar memperbaiki masyarakat lingkungan madrasahnya.5. Kenyakinan GuruSetiap guru harus yakin benar, bahwa segala apa yang ia ajarkan dan ia didik itulah yang benar dan yang baik, maka oleh karena itu seorang guru tidak boleh berkata, “masih ada pelajaran dan pendidikan yang lebih baik dan masih ada suatu syahadah (ijazah, red) sekolah yang lebih baik.” Serta “seorang guru tidak boleh menyekolahkan anak cucunya ke sekolah lain, kecuali karena lain tingkatan sekolah.”Guru yang semacam ini sama dengan seorang yang berkata atau berbuat, bahwa agama lain adalah lebih baik atau lebih disukai dan segala apa yang ada di luar Islam itu lebih baik. Guru model ini, selain sangat membahayakan perguruan juga ia mengajar secara pura-pura dengan hati yang munafik tidak akan berhasil membentuk pelajar-pelajar yang baik yaitu pinter dan benar. Amin.Ujungharapan, 7 Rajab 1422 H25 Desember 2001 M