KH Noer Ali

KH Noer Ali
hero, pioneer of future about Islam

Jumat, 07 Agustus 2009

Tujuan Pendidikan dan PengajaranOleh: Al-Mukarrom KH Noer Ali

  • Tujuan Pendidikan dan PengajaranOleh: Al-Mukarrom KH Noer AliTahun 1979-1980/ 1400-1401 H
    Makalah ini ditulis sesuai dengan teks aslinyaOleh: HA Nawawi MN MAgA. Tujuan PendidikanDalam kita membahas masalah dan tujuan pendidikan maka kita tidak bisa meninggalkan bahkan terlebih dahulu kita menyelidiki dengan teliti, apa pungsi manusia dan apa tugas hidup serta apa tujuan hidupnya.
    I. Fungsi manusia adalah Abdullah dan Khalifah, Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim surat Al- Dzariyat ayat (52) dan al-Baqarah ayat (30).
  • II. Tugas hidup manusia adalah mengabdikan diri padanya dan berusaha melaksanakan hududullah dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan.
  • III. Tujuan hidup manusia yang hakiki adalah mendapatkan mardhotillah yang abadi dalam semua hal, sepanjang masa dan zaman.Sesudah kita mengetahui fungsi manusia, tugas dan tujuan hidupnya yang hakiki, maka untuk ini semua sangat diperlukan ilmu pengetahuan dari mulai aqidah, cara pelaksanaannya dan akhlaknya sebagai berikut:
  • 1. Membina dan memantapkan aqidah manusia dan imannya yang tersimpul dalam rukun iman yang enam perkara dan dijadikan dalam enam puluh aqoidul iman (41Ilahiyyat, 9 Nabawiyyat, 10 Sami’yat).2. Mendidik manusia dalam semua lapangan kehidupan dan penghidupan sesuai dengan kemampunan dan pembawaannya agar menjadi seorang manusia yang benar-benar bertauhid lahir dan bathin.3. Meningkatkan aqidah manusia dan keyakinannya dengan jalan bertakarrub kepada Allah SWT, mulai dari pekerjaan yang bersifat ubudiyyah dan akhirnya sampai kepada mu’amalat, munakahat, jinayat, sosial dan sebagainya.4. Memelihara ikatan dan tali persaudaraan sesama insan, sesama hayawanat, jamadat dan makhluqot seluruhnya dalam batas-batas kemampuan dan batas-batas hududullah.5. Seorang guru selaku pembina, pendidik dan pemelihara hal-hal tersebut di atas haruslah lebih dahulu membina, mendidik dan memelihara diri pribadinya, dan sahabat-sahabat karibnya.6. Membentuk manusia muslim dan mu’min yang utuh dan sempurna, karena hanya muslim dan mu’min yang utuh inilah akan dapat memasuki dan menjelajah Islam secara utuh dan menyeluruh.7. Membentuk dan membangunan manusia yang bertanggung jawab terhadap diri pribadinya, keluarganya, ikhwan di kampungnya, daerahnya, negara, bangsanya, ikhwan agamanya dan Tuhannya.8. Membentuk manusia yang berakhlaq tinggi dan mengetahui harga diri-diri pribadinya, kelakuannya, bangsanya, ikhwannya, agamanya dan Tuhannya.9. Menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rosulnya melebihi dirinya, keluarganya, hartanya dan lainnya.10.Membangun rasa cinta ikhwan di kalangan pelajar melebihi dari cinta pada diri pribadinya.11.Mencetak cetak kader-kader muslim dan muslimat yang merasa berbahagia dan berbangsa apabila ia menderita dalam menghadapi rupa-rupa ujian dan melihat syukur yang maha indah menghadapi musuh-musuh yang kejam dan zholim.12. Melatih dan mendidik putera puteri kita berpikir, berbicara, berdialog, berubudiyyah, bersosial, berjihad, bertahjjud, bertawadu’ dan selalu hidup dalam rumah sendiri atas kenyakinan sendiri.13. Melatih dan membiasakan melaksanakan syari’at Islam dari yang wajib, sunnah dan mubah serta membiasakan menjauhkan sesama munkarot.14. Melatih dan membiasakan mengatur diri sendiri, makan dan minun sendiri mas’alah sendiri, mencuci pakmaian sendiri, membersihkan kamar sendiri, dan berusaha hidup sendiri.15. Melatih dan membiasakan anak-anak didik kita supaya senantiasa menjaga batas aurat yang wajib ditutup baik puteri maupun putera.16. Membiasakan diri melaksanakan akhlaq Allah dan akhlaq amstaalikum dalam semua hal dan keadaan.17. Membiasakan pelajar kita memelihara ketertiban, kebersihan dan perjanjian dan jagalah jangan sampai ada yang melakukan sebaliknya.18. Tingkatkan daya pikir pelajar kita dengan dibiasakan berpikir, bermuzdakarah dan berjihad yang baik.19. Berilah pelajaran dan penjelasan kepada pelajar-pelajar kita yang sesuai dengan kemapuannnya dan daya tanggapnya.20. Jangan membuat putus asa para pelajar dengan memberikan pelajaran yang berhubungan bukan ukurannya atau terlalu banyak disampaikan padanya, qola-qila (komentar-komentar)21. Dengan kurnia Ilahi umat Indonesia adalah umat yang paling berbahagia, hidup di atas muka bumi yang tanahnya subur, laut dan bukitnya penuh dengan kekayaan dan udaranya segar, hanya sayang kekayan alam yang berlimpah itu belum sepenuhnya dapat dimiliki oleh umatnya bahkan sebagian besar masih menjadi milik asing.22. Kekayaan alam Indonesia yang meliputi seluruh kepentingan hidup umatnya, alangkah hebatnya apabila dimanfaatkan untuk ibadah atau pelengkap ibadah.23. Berhubung dengan hal hal tersebut di atas maka menjadi kewajiban atas seluruh umat Indonesia mempelajari rupa-rupa ilmu pengetahuan, sejumlah rupa-rupa kekayaan alam Indonesia sehingga semua hikmah yang ada di alam Indonesia akan dapat diambil seluruhnya untuk digunakan sebagai ibadah atau alat pelengkap ibadah.24. Maka menjadi kewajiban seorang guru memnberikan pengarahan pada semua pelajar-pelajarnya sesuai dengan pembawaan dan bakat yang ada padanya dengan memberikan pelajaran dasar bagi madrasah dan pesantren kita, baik yang menyangkut masalah teknik penghasilannya maupun yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatannya. 25. Indonesia bukan saja alam yang subur tetapi juga umatnya demikian suburnya, sehingga bertambahnya penduduk demikian pesatnya. Sehingga pada tahun 1940 umat Indonesia berjumlah sekitar 70 juta. Pada tahun 1978 mencapai sekitar 130 juta tetapi saat sekarang ini, tahun 2001 mencapai 220 juta orang.26. Jumlah besarnya penduduk ini jika tidak sungguh-sungguh mempelajari cara memelihara, memimpin dan memanfaatkan maka tidak mustahill nasibnya mengalami seperti alamnya. Artinya dimanfaatkan oleh orang lain dalam semua kekayaan jasmaninya dan rohaninya dan inilah lebih besar bahanya dari pada hanya dikuasai orang lain kekayaan alamnya.27. Pada saat ini tak bisa kita bantahkan bahwa bangsa kita tidak sedikit yang diperas tenaganya dan dibeli dengan hartanya yang sangat rendah oleh orang-orang asing bahkan lebih dari itu tidak sedikit pula bangsa kita yang kehormatannya, pikirannya, ilmu pengetahuannya serta kenyakinan agamanya telah mereka jual dengan harga yang rendah sekali.B. Tujuan Pengajaran :Tujuan Pengajaran dalam mencetak manusia pinter, sedangkan tujuan pendidilan adalah mencetak manusia yang benar. Namun kepintaran yang tidak disertai kebenaran adalah sangat membahayakan masyarakat. Manusia model ini paling ditakutkan. Nabi Muhammad SAW bersabda:Sedangkan kebenaran juga tidak mungkin terjadi sondor (tanpa, red) kepintaran karena sesuatu yang secara ‘kelempengan benar’ itu tidak sah bahkan mardudah dan ia tuqbalu (ditolak).Maka untuk berhasil mencetak manusia pinter dan benar, pinter para pendidik sangat banyak faktornya yang harus diusahakan oleh para guru dan para pendidik dan di antara faktor yang terpokok adalah:1. Faktor Ubudiyyah.Benar artinya muwafaqotul aqidatil insan ala lisanihi wa af’alihi wa muthobaqotu lisanihi ala’ amalihi, sedangkan kizib adalah kebalikannya. Hati manusia sebagai tenaga penggerak anggota, sepenuhnya berada fi yadillah dan apakah hati manusia itu akan mati dan hidup, buta atau melek maka itu tergantung pada ibadah manusia itu sendiri. Sebab dengan ibadah inilah satu-satunya jalan dan satu-satunya cara mengundang datangnya taufiq dan hidayah di mana keduanya merupakan roh dan hati seseorang manusia.Seorang dokter, profesor tidak akan mampu mengobati penyakit mati dan penyakit akmah karena tidak ada rohnya dan tidak ada nurya. Demikian pula seorang guru tidak mampu menghidupkan tubuh dan hati bila tidak bernyawa sama sekali.2. Faktor Guru SendiriKepribadian seorang guru adalah merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan mencetak manusia benar dan pinter. Maka oleh karennya benarlah apa kata seorang ahli pendidik; guru itu adalah cerminnya murid dan sebaliknya murid itu adalah cermin guru. Maka dengan ini seorang guru bahkan juga keluarganya harus segala apa yang ada padanya, baik ibadahnya, kelakuannya, kehidupannya, gerak geriknya dan pendeknya seluruhnya harus bersifat dan mengandung arti mendidik pada tholabahnya.3. Faktor Keluarga PelajarSeorang pelajar pada umunya ia lebih banyak hidup di tengah-tengah keluarganya, lebih-lebih bagi pelajar di sekolah dan madrasah. Sedangkan pelajar di pesantren yang para pelajarnya banyak dipisah-pisahkan dari keluarganya masih selalu apa yang dirintis oleh pesantren kadang-kadang menjadi habaa’an mantsuro (debu yang berhamburan, red) sebagai akibat pergaulan keluarganya yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan apa yang dirintis oleh pondok pesantren. Oleh karena ini seharusnya keluarga anak ini harus benar-benar turut beruaha memelihara tanaman guru-guru pada anaknya.4. Faktor Lingkungan dan PergaulanFaktor ini sangat banyak pula mencampuri pembentukan anak didik kita, bahkan situasi dan kondisi lingkungan yang paling menentukan akhlak dan karakter anak-anak. Maka oleh karena itu setiap guru di samping tugasnya mendidik anak didiknya, harus pula berikhtiar memperbaiki masyarakat lingkungan madrasahnya.5. Kenyakinan GuruSetiap guru harus yakin benar, bahwa segala apa yang ia ajarkan dan ia didik itulah yang benar dan yang baik, maka oleh karena itu seorang guru tidak boleh berkata, “masih ada pelajaran dan pendidikan yang lebih baik dan masih ada suatu syahadah (ijazah, red) sekolah yang lebih baik.” Serta “seorang guru tidak boleh menyekolahkan anak cucunya ke sekolah lain, kecuali karena lain tingkatan sekolah.”Guru yang semacam ini sama dengan seorang yang berkata atau berbuat, bahwa agama lain adalah lebih baik atau lebih disukai dan segala apa yang ada di luar Islam itu lebih baik. Guru model ini, selain sangat membahayakan perguruan juga ia mengajar secara pura-pura dengan hati yang munafik tidak akan berhasil membentuk pelajar-pelajar yang baik yaitu pinter dan benar. Amin.Ujungharapan, 7 Rajab 1422 H25 Desember 2001 M

2 komentar:

salamlikum silahkan menuangkan ide dalam media ini. salam