KH Noer Ali

KH Noer Ali
hero, pioneer of future about Islam

Jumat, 22 Oktober 2010

Who Terrorist ?

Not more one decade, in Indonesia issue of terrorist was booming. Indonesia goverment like has not confident when has national tragedy in Bali bomb I, II, Australia Ambassador at Kuningan and onather pleace. As moeslem majority in people, Indonesia was claimed be all terrorist, love violent land of terrorist. Thus, live and born very good in Indonesia.
I Have opinion was different to other man. Agree or disagree that Indonesia mapp has long story in political dan bad information about Islam versus government. Not more was written about terrorit attack in Palembang about plane from Palembang, Indonesia to Bangkok, Jihad Command at Tanjung Priok situation that disharmoni of relation between Islamic people with goverment in Soeharto regim. In the last, when attack of bom in Borrobudur tample ane year ago, Bali Bomb attack I, II and so on. May be, it is fenomenon was creat someone has not obey and to reduktif Islamic people and then to get donation from other……
Now, with their much argument and information likely that false and liesness has did fact and be truth. This is funny and unlogic for us and amateur work.
Agree or disagree please givbe respond,,,,,,,,

Peace for you and marchiful and blassing from God

excuse me
Now, We are in one community has help all moeslem have problem about financial. And we hope all audients can do and help this issue with help from his study, health, work and so on. All your respons has I wait and I invite you all. We will promise your donations can we give for them,,,, thanks you very much..

Your Friend

Lukmanul Hakim

Dewan Pimpinan Pusat Laskar Jayakarta, Bang Illo: “Biar Lambat Tapi Pasti”

Panglima DPP Laskar Jayakarta Bang Illo dalam setiap kesempatan soal maksud dan tujuan didirikan organisasi yang didirikannya agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Salah satunya untuk membatu meningkatkan perekonomian anggotanya.
Salah satunya membangun jaringan dengan pihak jaringan telpon XL. Pihaknya membuat rekanan agar DPP Laskar Jayakarta dapat menjadi agen dalam penjualan pulsa elektronik. Kerjasama itu, nantinya para kadernya dapat menjadi pengecer pulsa di masyarakat dan dari situ juga kader memiliki keuntungan secara ekonomis. Laba yang didapat menjadi tambahan dalam biaya kehidupan keseharian.
Baru-baru ini, di Markar Besar DPP Laskar Jayakarta, sekitar pukul 21.00 WIB berdiri tenda nan megah dengan peserta berseragam kebesarannya yang berjejalan penuh sesak. Sedangjan di luar sana deretan parkiran para tamu dan pimpinan di setiap wilayah dan tingkatan memadati jalur dengan kendaraan yang mereka bawa. Riuh rendah suara acara tersebut di mana peserta yang hadir terlihat serius mendengar arahan tunggal dari pembicara Habib Helmy terkait penerangan soal sistem dan manajemen serta teknis menjadi agen dan pengecer pulsa yang bakalan dilakoni oleh para kader laskar.
Senada dengan Habib, kegiatan ini terkait upaya pihak perusahaan XL membangun kerjasama dengan komunitas tertentu untuk membangun jaringan bisnis jual pulsa. Sekitar tiga jam nyaris waktu tanpa putus dengan pemaparan dan diselingi tanya jawab dari peserta semakin serius. Mungkin saja lantaran kegiatan yang menguntungkan dan berpeluang dalam menjadi agen pulsa yang mudah dan harga pulsa yang relativ di bawah standar dari agent yang biasa.
“Kami ingin program ini akan membantu perokonomian mereka. Syaratnya mudah. Pertama menjadi anggota laskar kemudian ikut mendaftar menjadi pengecer dan mendaftar di DPP. Setelah itu mereka memberikan deposit layaknya menjadi agen pulsa di tempat lain. Hanya bedanya mereka lebih mudah, murah dan lebih menguntungkan lantaran model setting handphone akan dibuat seperti layar computer yang selalu online serta banyak manfaat lainnya. Jangan kaget bila yang selama ini mereka tak karuan dan setelah menjadi pengecer akan berubah style hidup dari sebelumnya,” kata Bang Illo kepada SUARA BETAWI.
Terlepas dari proyek bisnis komunitas ini, terdapat agenda besar dari sang owner DPP Laskar Jayakarya, meski terlihat sederhana namun dalam dan luas pesannya. Hal itu menyangkut pergeseran orientasi para pemimpin organisasi massa saat ini dari yang bersifat tertutup, arogan, anarkhis, hingga suka melakukan tindakan yang membuat resah warga kepada pola lain. Beda dengan laskar, ia mengajak perkumpulannya mendorong kemandirian, berpikir cerdas, kreatif, dinamis, maju ke depan, jauh kedepan dan mendidik agar kader dapat maju dan lain sebagainya.
Pasalnya, di tengah konstelasi organisasi massa saat ini dan di bulan ini utamanya terpokus pada urusan iring-iringan bak terbuka dengan ditumpangi massa yang berjejal entah kemana arahnya dan konvoi massa untuk melabrak sesuatu yang katanya dibilang melawan hukum dan bertindak anarkis namun laskar justru mengajak kadernya santun dan memajukan penghasilannya. Kalau bukan dari sang pemegang keputusan tentu sulit untuk mendorong perubahan orientasi cara berpikir kader kepada yang berbauh otak. Kader diajak berbisnis, mengenal teknologi modern hingga menjadi pengusaha kecil-kecilan.
Sejalan dengan itu semua, di institusi penegak hukum tengah ramai bahwa organisasi massa telah diingatkan akan ada pembekuan atau pembubaran organisasi akibat telah tercium aparat lantaran melakukan tindak kekerasan dan tindakan membuat resah di masyarakat. Tak tanggung-tanggung, seperti yang dilaporkan pihak berwajib, mereka telah mengantongi nama-nama organisasi tersebut berikut ulahnya yang kurang santun. Namun sebaliknya, dengan laskar, kini, di bulan puasa, program untuk menjadi pengecer pulsa ditawarkan kepada kadernya. Luar biasa kedengarannya. Bisa jadi pihak berwajib bingung dan tak cepat percaya. Apa ada yang seperti ini. Rupanya memang ada betulan dan hanya di Laskar Jayakarta.
Dari data yang terhimpun, laskar Jayakarta tersebut sekitar tahun 2002 ia berada di bawah DPP Perhimpunan Masyarakat Betawi di bawa pimpinan H Laisyak. Kini laskar, memiliki sejumlah Laksama untuk struktur level tertinggi pada setiap wilayah tingkat dua di Jakarta, Srikandi untuk organ wanita, Garda untuk sayap khusus, dan komanda untuk setiap level ketua di kecamatan. Singkatnya strukturnya terdapat mulai dari DPP hingga mencapai tingkat kelurahan dan desa. Kini laskar tersebar di wilayah Jabodetabek.
Masih soal intern Laskar, lembaga ini dalam menyiarkan aktivitasnya dapat ditemukan dengan media surat kabar yang Anda pegang saat ini dan situs webb site digital. Belum lama, ini laskar telah mengeluarkan album di mana guna mengasah kemampuan kadernya yang tertarik dengan dunia tarik suara. Selain itu, lembaga ini mampu membina kadernya menjadi tim penaggulangan bencana dengan kemapauan terjuan dengan tambang dari gedung berlantai di mana dapat mengebakuasi korban kebakaran dari geduing tinggi. Kemampuan ini sangat dibutuhkan bagi warga Jakarta lantaran banyak korban jiwa yang jatuh akibat seringnya terjadi kebaran. Kemudian dengan pembinaan hukum lewat bantuan hukum.
Terkait dengan seragam laskar yang terbilang berbau militer hal ini lumrah dan wajar karena untuk membedakan dan kebanggaan bagi organiasi massa. Bisa jadi bagi mereka yang hobbi memakai seragam bercorak militer akan menyalurkan mereka ke dunia tersebut. Hanya saja mereka tak perlu dicurigai lantaran di awal telah dikatakan soal kinerja dan kemampauan dan pendekatan di lapangan kepada warga lainnya. Hanya saja soal urusan keamaan mereka tetap berada pada garis di depan dalam membuat lingkungan yang aman dan nyaman bagi kelangsungan masyarakat. Sejalan dengan ketentuan yang berlaku, mereka bekerjasama dengan pihak berwenang dalam membangun suasana tersebut. Tak berlebihan mereka juga, justru paling getol dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman di lingkungan masing-masing. Menarik untuk diperbincangkan, siapa sebenarnya sosok Bang Illo ini, ia pria santun dan bersahaja yang mengayomi anak buahnya. Banyak kesan bila kenal lebih dekat dengan dirinya. Ia tak hanya mampu membangun kekuatan organisasi massa secara rapih dari nol besar hingga mengenalkan teknologi dan naluri berbisnis seperti menjadi penjual pulsa dan lainnya. Dalam Laskar, Bang Illo, sepertinya membuat wadah untuk menyatukan orang banyak untuk satu tujuan, jalan yang bermanfaat. Sesuatu yang tak mudah dilakukan.
Terlebih bagi kader yang telah lama mengikuti dirinya, meski terkadang memakai pakaian resmi laskar, ia tak sedikut pun menunjukkan sikap seorang pemimpin militer yang kaku, keras, kasar dan tak mau merasakan keluhan anak buahnya. Tidak! Ia seorang bapak dari semua anak buahnya yang berjumlah ribuan orang. Tua, muda, remaja dan anak-anak malah hingga anak yatim dan jompo sering mendapat sentuhan finasial darinya.
Masalahnya, dari mana dana itu ia dapat, sentuhan tak hanya diberikan jelang puasa dan acara tertentu. Malah, hanpir setiap saat keluhan anak buahnya yang lagi kepepet uang tunai untuk hajat berobat hingga bantuan untuk acara keluarga tentu tak luput dari bantuannya. Bukan memuji! Ini hasil pantauan yang kami dapat. Aneh juga, padahal seberapa besar sih kantongnya yang didapat dari jobnya di luar Laskar? Kata dia tak lebih dari seberapa rupiah saja padahal bila digunakan dirinya dan keluarganya sebenarnya terbilang tekor namun ia mampu mengelola ini menjadi dapat menutupi mereka yang lagi perlu bantuan.
Ini bukan mengada-ada, hanya sebagai bahasa untuk mengatakan bahwa masih ada orang yang pemimpin dan perduli untuk orang lain dan kita dapat meniru agar dapat berlaku positif seperti ini. Kalau pun banyak para pemimpin organisasi massa melakukan hal serupa mungkin ia tetap terbilang sedikit dari realitas para pemimpin saat ini yang umumnya menjadikan kekuasannya untuk dijadikan alat dalam kepentingan sendiri.
Kembali pada agenda besar laskar, sekilas orang mungkin banyak tak percaya bila laskar memberlakukan konsep seperti ini. Masalahnya, banyak organisasi serupa dibangun hanya untuk gagah-gagahan dan membangun keberadaannya hanya untuk membuat jurang pemisah dengan masyarakat. Ujung ujungnya apa yang menjadi keluhan anak buahnya tak dipikirkan.
Laskar sejatinya ia berpungsi dan melakukan kerja-kerja advokasi layaknya sebuah lembaga swadaya masyarakat atau LSM. Sebut saja program pemberdayaaan dilakukan serti di atas, malah bila fatsun ini dilakoni secara konsisten makan hasilnya akan lebih besar akibat didukung melalui infrastruktur organisasi yang cakap. Laskar dapat diduga bisa menyaingi tawar LSM lain yang hanya dibina beberapa gelitir orang dan tak meyerapk ke bawah. LSM hanya dapat diserap pada tataran produk kebijakannya namun laskar dapat dirasakan kedua-duanya. Instrument dan kebijakannya serta leadership sekaligus.
Bisa jadi jargon jual pulsa eceran, dapat membangun komunikasi lewat media, bantuan hukum, pengayoman terhadap anak buahnya hingga urusan bantuan sepeser besarnya -kalau meminjam istilah orang betawi- merupakan social cost yang amat berharga bagi kelangsungan subuah organisasi yang berada di tengah kota besar seperti Jakarta. Ia dipastikan lebih kuat bertahan dari konstelasi organisasi serupa yang kini berjalan berbarengan namun tak memiliki agenda besar seperti laskar. Laskar mengurus mulai urusan yang sepele hingga urusan besar. Dari urusan membantu orang yang sedang melahirkan orok hingga menciptakan stabilitas keamanan di jantung ibukota negara.
Menariknya ongkos operasional tersebut selalu saja ada jalan keluarnya dalam menutupi kebutuhan tersebut. meski tak dapat dilihat secara jelas, namun buktinyan hingga kini laskar okey-okey saja. Dengan usia yang lumayan lama namun gerakannya tetap berjalan. “Biar lambat tapi pasti,” kata Bang Illo dalam setiap kesempatan ia keluarkan dalam menyakinkan anak buahnya dalam memimpin perahu besar bernama laskar.
Ada hal yang perlu juga disampaikan soal laskar, laskar terbilang menganut organisasi kader. Di mana dibutuhkan soliditas dan loyalitas kader kepada top learder. Model ini harus dibangun sebagai wujud soliditas kader pada pimpinan tertinggi. Model ini tetap tepat untuk membangun hirarki yang utuh dan permanen dalam membangun struktur garis organisasi. Ada mekanisme dan prosedur yang dibuat antara bawahan dan atasan. Pada saat yang bersamaan, terkadang panglima sering ditodong tentang masalah yang harus ia terima sebut saja ada anak buahnya yang mengadu soal keluhan sepele seperti di atas. Kedua model ini sejatinya sulit dilakukan tapi di laskar dapat terjadi.
Kini, laskar tengah diuji dengan program baru, program yang tak berhubungan dengan naluri seorang kombatan tapi ia naluri seorang pedagang. Naluri yang membutuhkan keseriusan dan ketenangan dalam melihat peta bisnis dan peluang serta kecerdasan kognisi dan emosi di kota besar ini. Garapan kedua ini, setidaknya dapat dimulai dengan gerakan yang selembut mungkin untuk maju. Usaha ini, setidaknya telah dimulai dari kultur yang dibina dalam laskar soal tersebut dan dimanfaatkan untuk berbisnis pulsa. Tak berlebihan, kita ulas sedikit tentang sebuah pepatah klasik Negeri Tiongkok. Seberapa jauh jalan yang kita akan tempuh, ribuan dan jutaan mil kita lalui maka tetap saja usaha tersebut dimulai dengan langkah pertama. Nah, tentunya dagang pulsa ini bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan besar dimaksud. Semoga ye bang.

KH Syafi’i Hadzami Ulama Nasionalis Asal Betawi

KH Syafie Hazdami mungkin tak banyak dari sedikit ulama Betawi yang terang terangan memegang paham politik Sunny. Aliran ini bila disederhanakan dalam peta pemikiran politik Islam yang mengedepan musyawarah dan mufakat serta mengedepankan stabilitas politik nasional. Tokoh-tokohnya adalah Ibnu Taimiyyah dengan karyanya Siyasatussar’iyyah (Politik pemimpin dan rakyat) dan Abu Hasan Almawardi alAhkam Alsulthoniyyah (Kode Etik Politik dalam timbangan agama). Dua tokoh ini oleh banyak orang disebut sebagai jawara arsitek pemikir politik Islam Sunny. Kini telah lahir dari tokoh politik Sunny antara lain seperti Al Maududi, Al Afghani dan Hassan Hanafi. Mereka terakhir mampu mengawinkan paham ini dengan situasi saat ini
Belakangan ada pendapat bila paham politik ini banyak dikaitkan dengan fatsun dalam kandang organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU). NU oleh banyak orang menganut system ini. Hal itu dikaitkan dengan kebijakan dan maslahat yang diambil oleh pimpinan nahdiyyin dalam setipa persoalan bersar. Terkadang kadung dengan sikap tersebut oleh banyak orang politik sunny nyaris dibilang sebagai feodal, mendua, tidak tegas, lebih mengutamakan stabilitas, hingga menghindari konfrontasi dan memilih kompromi.
Kembali ke Syafi’ie Hazdami, lalu apa hubungan antara KH Syafi’ie ini dengan aliran politik Islam dan situasi saat ini. Pada suatu pengajian yang dipimpinnya, dirinya menjawab sebuah pertanyaan yang paling menghebohkan dan berani untuk ukuran ulama saat itu. “Yaitu menyangkut kelangsungan sebuah negara yang wajib dipertahankan oleh umat Islam meski kepemimpinannya terbilang sosok yang zhalim.” Dengan kata lain, adanya sebuah rezim Islam itu lebih utama dalam masyarakat muslim walaupun di pimpin oleh seorang yang tak adil ketimbang umat Islam tak memiliki kekuasaan politik sama sekali.
Kalau tidak salah, apa yang penulis dapat dari informasi tersebut memang seperti ini. Namun yang menarik adalah, pendapat diatas menunjukkan bahwa dirinya konsisten dengan pemikiran politik sunny di mana sekitar tahun 1996-1997 ia menegaskan bahwa pemerintahan saat ini terbilang layak dipertahankan dan diatur dalam aturan syariah.
Sebaliknya ulama saat itu banyak yang merapat ke pusat pemerintahan karena pertimbangan tertentu. Selanjutnya, hubungan di akhir pemerintahan Presiden Soeharto pentolan ulama di Sejabodetabek nyaris merapat dan memagari istana meski para ulama itu sebelumnya terlihat bekerjasama di pemerintahan Soeharto. Buntutnya, ulama dan umaro saat ini mengalami masa bulan madu yang amat mesra dan menghapus kesan bahwa umat Islam berada pada garis pinggir.
Terlepas dari sikap menjilat atau bukan pendapat di atas, yang pasti pendapat tersebut murni produk politik pemikiran ulama Sunny yang dibahasakan kembali untuk kontek Indonesia. Namun pertimbangan maslahatnya sangat besar. Dan masa itu nyaris terlukai dengan adanya era reformasi dimana wacana keagamaan baru muncul dan membuka ruang perdebatan hingga menggeser pondasi bagunan pemikiran politik sunni yang telah terbangun lama. Akhirnya, persahabatan antara umaro dan ulama kembali pecah. Ujung-ujungnya terdapat umat Islam yang disebut terrorist dan lainnya. Luka ini masih terasa beberapa masalah yang lahir dari masalah ini pun banyak yang merugikan umat Islam.
Terlepas salah atau benar mereka, saat ini umat Islam sepertinya kembali ke situasi masa tahun 80-an di mana masalahnya sama dengan sebutannya yang beda. Masalah ini, tentu segera dicarikan akar masalahnya agar nasib bangsa ini epat baik dan menjadi baromerter bangsa lain di Asia Tenggara. Kalau pun diusut kebelakang perlu ada tokoh agama yang berani dan pioneer dalam menggasar pemikiran agama yang jitu dan menggiring umat Islam menjadi lebih terhormat dalam status sosial. Dengan harapan agar umat islam ini lebih banyak berperan dan menjadi bagian penting dari bangsa ini.
Sebelumnya, tahun 1973, pendapat serupa muncul dari sosok Nurcholis Majid di Jakarta dan Ulama betawin lainnya yang sepaham suara mereka nyaris mirip dengan ulama yang satu ini hanya Syafi’i kelihata menjadi pioner soal ini. Mereka berpendapat senada dengan KH Syafi’ie Hadzami, hanya teknisnya berbeda namun intinya sama dan pengaruhnya juga sama. Kalangan santri banyak yang naik di pemerintahan dan menjadi pimpinan pentinggi sebuah lembaga. Ini rahmat dan manfaat yang besar bagi bagi kelangsungan bangsa ini. Bangsa dan umat Islam jangan lagi di adu domba kembali dimana sebab yang kedua-duanya bakalan merugi. Jangan sampai deh.
Sebaliknya, saat itu di belahan NKRI bvanyak tokoh dan aktivis gerakan yang berani membuat blok dengan pemerintah pusat. Sementara di Jakarta sebaliknya mencari celah bersama dengan kekuasaan. Apakah fenomena ini cerminan dari konsistyensi dari fatsun politik sunni atau yang lain?
KH Syafi’ie lahir lahir dari seorang pasangan suami istri Muhammad Saleh Raidi dan Ibu Mini yang diberi nama Muhammad Syafi’i pada tanggal 31 Januari 1931 M. bertepatan dengan 12 Ramadhan 1349 H. di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat. Ayah Syafi’i adalah seorang Betawi asli, sedangkan ibunya berasal adari daerah Citeureup Bogor. Ayahnya adalah seorang pekerja pada perusahaan minyak asing di Sumatera Selatan. Dua tahun kemudian, setelah Syafi’i lahir, ayahnya pulang ke kampung halaman dan tidak pernah kembali lagi bekerja di perusahaan minyak asing. Ayahnya kemudian bekerja sebagai penarik bendi.
Karya-karyanya adalah Taudhihul Adillah yang menjelaskan tentang hukum-hukum syariat berikut dengan dalil-dalil dan keterangan-keterangannya. Sullamul Arsy fi Qiro’atil Warsy yang menjelaskan tentang seluk beluk bacaan bacaan al-Qur’an menurut Imam Warsy, kitab ini disusun pada tahun 1956 M saat dirinya berusia 25 tahun.
Karya lainnya, terpaut permasalahan hukum dan ibadah-ibadah tertentu. Karya-karya jenis ini antara lain, Qiyas adalah Hujjah Syariah (1969 M); Qabliyyah Jum’at; Shalat tarawih; Ujalah Fidyah Sholat (1977 M) dan Mathmah ar-Ruba fi Ma’rifah ar-Riba (1976 M). Dari berbagai sumber.

KH Noer Ali Gelar Kiyai Pemberian Bung Tomo

Gelar pahlawan bisa jadi bukan tujuan hidupnya. Termasuk gelar kiyai haji yang ia sandangnya merupakan pemberian dari Bung Tomo. Saat itu dari podium, Bung Tomo, membakar semangat perjuangan melawan penjajah dengan menyebut nama KH Noer Ali di Bekasi Jawa Barat. Masih kata Bung Tomo, ia sangat muji perjuangannya dan para pengikut KH Noer Ali dalam berjuangan gigih melawan penjajah belanda usai proklamasi Soekarno-Hatta.
Ulama ini amat unik, serba bisa. Ia paling popular disebut sebagai pendiri yayasan attaqwa pusat Ujung harapan, pahlawan kemerdekaan RI, ulama spiritual dan tokoh Partai Masyumi. Di luar itu, ia mahir dalam mengenalkan cara bercocok tanam padi bagi warganya dimana dapat dipanen dua kali setiap tahun, arsitek pembangunan jalan tembus di desanya yang indah bak sketsa kota besar di Eropa, perancang amaliyah dan ibadah praktis, ulama pemersatu, dan ulama ahli diplomasi.
Bagi kalangan ulama saat ini ia tergolong ulama pejuang dan saat ini ia bisa jadi dikenal sebagai pendiri yayasan attaqwa pusat atau lebih dari itu ia pahlawan nasional. Tapi jangan sampai mereka hanya tahun sebuah nama jalan di kali malang saja sebab hal itu hanya mengurangi kita akan pesan dan teladan besar yang ia lakukan untuk kita semua.
Sebagai guru, dirinya memang unik. Diceritakan, KH Noer Ali seusai study di Makkah ia kembali ke Bekasi atau Ujung malang, ia membuka pengajian sebagaimana tokoh agama saat itu lakukan. Pertama dirinya mampu mempersatukan dua Masjid jami di kampungnya yang berdekatan. Pasalnya dua kampung ujung malang itu di pisah dengan areal persawahan. Utara dan selatan. Untuk sholat jum’at dua jamaah masjid itu bergantian untuk sholat Jumat agar jumlah mereka mencapai ukuran yang sesuai dengan syariah. Namun Noerali mampu melobi dua pemuka masjid itu untuk bersatu dengan dibangunkan sebuah masjid jami attaqwa yang lebih besar di areal persawahan.
Sebagai anggota dewan tingkat provinsi asal partai masyumi dan diperbantukan untuk menjadi anggota Konstituante Noer Ali mampu mematahkan argumentasi partai lain lantaran kemampuan logika yang mantap. Semua lawan politiknya dipatahkan bagaikan kilat bdan musuh diam seketika dibuatnya.
Dalam mengajar santrinya, ia mempelopiri mata pelajaran ilmu mantiq atau logika sebuah pelajaran yang belum popular saat itu. Meski ada beberapa pelajaran nahwu dan shorof ia kuasi namun seni berbahasa yang ia miliki tetap amat menyolok. Diceritakan, cara mengajar ilmu logika dan nahwu amat beda. Kalau nahwu serius sedangkan logika terbilang santai. Meski kedua cara ini membuat muridnya segan tak ketulungan.
Dalam berdakwah ia terbilang ulama yang amat menghormati seseorang apapun pangkatb dan latar berlakangnya. Sebut saja pada waktu tahunb 80-an dimana saat itu hubungan umat islam dan pemerintah tegang. Namun sebagai bapak dari orang Bekasi, KH Noer Ali, dalam satu waktu menjadi penceramah giliran dalam sebuah pengajian bulanan di Pemda Bekasi. Saat itu, ia menyebut soal peran serta seorang hansip yang menurutnya amat penting bagi kita semua lantaran kalau tak ada dia maka ibadah umat islam tak akan khusyu. Spontan saja, ucapan itu mendapat tepuk tangan serentak dari pendengar yang rata-rata pegawai di Pemda Bekasi. Bisa jadi, sikap ini yang membuat dirinya selalu dekat dengan umatnya.
KH Noer mampu memadukan akal, pikir dan zikir dalam aktivitasnya yang besar. Bagi penulis bisa jadi dirinya memeliki ketiga unsur tersebut atau yang biasa disebut irfan. Kemampuan ini dapat diasah lewat ibadah yang kuat dan berkelanjutan. Lalu dapat mengungkap tabir pemahaman yang diberikan dari Allah SWT untuk orang tertentu. Untuk ukuran orang saat ini, Irfan itu ukuran ilmu tasawwuf, namun bagi aliran filsafat Islam, Irfan adalah metode berfikir yang mengkombinasikan antara akal fakir dan kekuatan zikir dan pengalaman.
Penggabungan ketiganya menghasilkan kebenaran model irfan yang hanya dimiliki oleh para filosof besar seperti Mullah Sadra dan Suhrawardi. Ulama besar assal Persia, Iran. Pertimbangan ini sengaja dilakukan lantaran pada sosok KH NoerAli dirinya tergolong mapan dalam menguasia ilmu logika, ilmu agama, ketajaman berfikir, aktivis pegerakan yang kaya dengan pengalaman serta kekuatan dalam menjalankan ibadah. Kombisani ketiga ini bukan memandulkan satu di antara mereka tapi memadukan kekuatan diantaaranya. Hasilnya, adalah di mana Allah SWT memberikan kepada dirinya rahasi-rahasi tentang sesuatu yang jarang didapat bagi orang kebanyakan.
Sebutan sebagai pemersatu di kalangan ulama dan masyarakat sering kali didengar sejak penulis masih sekolah di lembaga yang didirikannya. Di kalangan ulama dirinya sering kali berkomunikasi dengan ulama lainnya tampa melihat latar belakangan aliran politik maupun organisasai keagamannya yang dianutnya. Sebut saja, dalam acara maulid Nabi Muhammad yang setiap tahun diiadakan di Ponpes Attaqwa secara besar-besaran ia kerap kali mengundang tokoh KH Idham Cholid yang saat itu menjadi Ketua Umum PBNU dan Muhammad Natsir yang secara amaliah keagamaan mewakili kalangan Persatuan Islam. Dalam menyelesaikan sesuatu persoalan KH Noer Ali mengajak ulama lain terlibat tanpat melihat sebab-sebab perbedaan di antara mereka.
Sedangkan di lokal Bekasi dan Jakarta, KH Noer Ali terlihat sering menggelar forum muzdakarah yang dihadiri para juniornya dalam membahas sesuatu. Meski terlihat para junior mereka merupakan pentolan unsur NU dan Muhammadiyah, atau berbeda secara garis pemikiran namun ia sering melakukan kesimpulan yang dapat diterima forum. Dengan kata lain, upaya persatuan tersebut lebih pada bentuk niat untuk bersatu dalam perbedaan yang ada dalam tujuan tertentu, yaitu pembangunan umat yang masih perlu bimbingan para ulama.
Sedangkan sebutan ulama yang konsisten dan memiliki karakter yang kuat ini terlihat dalam sikapnya dalam mengimbangi kekuatan Orde Baru yang sangat berkuasa. Sebagai ulama yang ihklas, sederhana dan apa adanya ia berhasil dengan baik tanpa ada konflik yang berarti. Keteguhan yang dimaksud adalah, sikapnya yang tidak menjilat pada kekuasaan hanya untuk mengamankan apa yang dilakukan dalam berjuang di masyarakat. Sikap ini beda dengan yang terjadi pada saat itu, nyaris para ulama banyak mendekat dengan kekuasaan lantaran agar dapat posisi atau sekedar tak dicap sebagai eks Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia atau pemberontak sebagaimana sebutan itu lazim diberikan bagi mereka yang menjauh dengan kekuasaan Orba.